Minggu, 08 November 2015

Cucu Vasishtha Ucapkan Veda Dalam Kandungan

By
Muni Itu Sadar dan Bebaskan Kalmashapada
Rishi Vyasa : (Bharata) setara dengan Veda. Ini adalah suci dan agung. Bharata menganugerahkan kemasyhuran dan kesejahteraan. Oleh karena itu, seseorang harus mempelajari dan mendengarkan dengan perhatian penuh.

MUNI hebat itu yang ada di bawah pengaruh kesedihannya, melihat laut. Dia mengikatkan batu yang berat di lehernya dan menerjunkan dirinya ke dalam air. Tetapi gelombang segera mengempaskannya ke pantai. Akhirnya Brahmana yang taat pada sumpahnya itu tidak berhasil membunuh dirinya sendiri dengan cara apa pun. Dia memutuskan kembali, dengan hati yang menderita, ke pertapaannya.

Gandharva itu melanjutkan, Melihat pertapaannya dan kehilangan anak-anaknya, sang Muni yang menderita amat sangat itu meninggalkan pertapaan lagi. Dalam rangka pengembaraannya dia melihat sebuah sungai dengan airnya yang meluap karena musin hujan. Luapan air itu menyapu pepohonan yang tak terhitung jumlahnya dan tanaman-tanaman yang tumbuh di pinggirnya. Melihat ini, Muni yang menderita itu berpikir bahwa dia akan bisa tenggelam apabila dia terjun ke dalam air sungai itu. Vasishtha mengikat dirinya sendiri kuat-kuat dengan tali dan menceburkan dirinya. Di bawah pengaruh kesedihan, badannya terseret arus sungai yang deras itu. Tetapi, arus sungai itu segera memutuskan tali-tali itu dan mengempaskan sang Rishi ke tepian. Sang Rishi bangkit dari pinggir sungai, bebas dari tali-tali yang dia ikatkan sendiri. Karena tali-tali itu putus akibat kerasnya arus sungai. Sang Rishi menyebut sungai itu dengan nama Vipasa --pemutus tali.

Kedukaannya yang terus menggelayat di pikirannya membuat sang Muni sejak saat itu, tidak dapat tinggal di satu tempat. Dia mulai berkelana di gunung-gunung, di sepanjang sungai-sungai dan danau-danau. Menyaksikan lagi sebuah sungai bernama Himavat -- mengalir dari Gunung Himavat -- yang penuh dengan pemandangan mengerikan, banyak buaya yang ganas dan binatang air liar lainnya. Sang Rishi menerjunkan dirinya di sana. Namun sungai itu keliru melihatnya sebagai kumpulan api yang tak terpadamkan. Sungai itu segera mengalir ke 100 arah yang berbeda. Sejak saat itu sungai itu diberi nama Satadru -- sungai dengan 100 aliran. Melihat dirinya sendiri kemudian berada di atas tanah kering. Di sana Vasishtha berseru, Oh, aku tidak dapat mati dengan tanganku sendiri!

Setelah mengatakan ini, sang Rishi sekali lagi melangkahkan kakinya menuju pertapaannya. Melewati gunung dan negeri yang tak terhitung jumlahnya. Ketika dia hampir masuk kembali ke pertapaannya, dia berjumpa dengan menantu perempuannya yang bernama Adrisyanti. Setelah dia dekat dengannya, dia mendengar suara dari belakang, cerita yang sangat cerdas mengenai Veda dengan enam macam gaya lagu yang lembut. Mendengar suara itu, sang Rishi Vasishtha bertanya, Siapa itu yang mengikutiku? Menantu perempuannya berkata, Hamba adalah Adrisyanti, istri Saktri, putra tertua paduka Rishi. Hamba tidak berdaya, walaupun taat pada kehidupan pertapa.

Mendengarnya, Vasishtha berkata, Oh anakku, suara siapa yang aku dengar, mengulang-ulang Veda dengan Anganya seperti suara Saktri yang menceritakan Veda dengan Anganya? Adrisyanti menjawab, Hamba sedang mengandung seorang anak dari putra paduka, Saktri, di dalam rahim hamba. Dia ada di sini selama 12 tahun penuh. Suara yang paduka dengar adalah suara dari Muni itu, yang menceritakan tentang Veda.

Gandharva itu melanjutkan, Demikian disapa Adrisyanti, Rishi Vasishtha yang terkenal itu menjadi sangat gembira. Dia berkata, Oh, ada seorang anak dari keturunanku! Dia menahan diri untuk tidak melakukan penghancuran diri sendiri lagi. Orang yang tak berdosa ini didampingi oleh menantunya. Vasishtha, kembali ke pertapaannya. Pada suatu hari sang Rishi melihat Rakshasa Kalmashapada di hutan. Baginda, oh Bharata, dikuasai oleh rakshasa yang kejam itu. Setelah melihat sang Rishi, rakshasa itu menjadi penuh amarah dan bangkit, ingin memangsanya.

Adrisyanti melihat di hadapannya seorang rakshasa yang berkelakuan keji, menyapa Vasishtha dengan kata-kata penuh kekhawatiran dan ketakutan, Oh paduka yang termasyhur, Rakshasa yang keji ini, seperti kematian itu sendiri. Dia bersenjatakan pemukulnya yang tajam, datang ke arah kita dengan pemukul kayu di tangannya! Tidak seorang pun di bumi ini, kecuali paduka, oh paduka yang terkenal dan terkemuka dari orang-orang yang paham akan Veda, yang mampu menahannya hari ini. Lindungilah hamba, oh paduka yang termasyhur, dari orang malang bermuka mengerikan yang keji ini. Pastilah, rakshasa ini datang kesini untuk memangsa kita.

Vasishtha mendengar ini, berkata, Janganlah takut, oh anakku, tidak perlu takut terhadap rakshasa apa pun. Orang ini bukan rakshasa. Dengan siapa kamu melihat akan datangnya bahaya. Ini adalah Raja Kalmashapada yang dilengkapi dengan energi besar dan terkenal di seluruh dunia. Orang yang mengerikan ini tinggal di hutan ini.

Gandharva itu menjelaskan, Melihatnya maju, Rishi Vasishtha yang terkenal, dilengkapi dengan energi besar, menahannya, dengan mengumandangkan suara Hum. Memercikinya lagi dengan air yang disucikan dengan mantra-mantra. Sang Rishi membebaskan baginda dari kutukan yang mengerikan itu. Selama 12 tahun baginda telah diselimuti energinya putra Vasishtha seperti Surya yang ditangkap planet Rahu selama terjadinya gerhana. Setelah dibebaskan dari rakshasa, Baginda menyinari hutan yang luas itu dengan kemegahannya seperti matahari yang menyinari awan-awan pada sore hari.

Mendapatkan kembali kekuatan pikirannya, baginda menyembah dengan tangan terkatup kepada yang terbaik di antara para Rishi itu. Baginda berkata, Oh paduka yang terkemuka. Hamba adalah putra Sudasa dan murid paduka, oh Muni yang terbaik! Oh, katakanlah apa yang menjadi kesenangan paduka dan apa yang harus hamba perbuat.

Vasishtha menjawab, Keinginanku telah terlaksana. Kembalilah sekarang ke kerajaan paduka dan perintah rakyat paduka. Oh pemimpin manusia, jangan pernah menyalahkan Brahmana lagi. Baginda menjawab, Oh paduka yang terkenal, hamba tidak akan pernah lagi menyalahkan para Brahmana yang mulia. Untuk mematuhi perintah paduka, hamba akan selalu menghormati para Brahmana. Tetapi, oh yang terbaik di antara para Brahmana. Hamba ingin mendapatkan dari paduka dengan apa, oh yang terkenal di antara semua orang yang paham akan Veda, hamba bisa dibebaskan dari utang yang hamba tanggung dari keturunan Ikshvaku! Oh paduka yang terbaik, sudah sepantasnya jika paduka menganugerahi hamba, demi kelanjutan keturunan Ikshvaku, seorang putra yang diinginkan yang memiliki ketampanan dan kesempurnaan dan berkelakuan baik.

Gandharva itu melanjutkan, Demikian disapa, Vasishtha yang terbaik di antara para Brahmana itu yang mengabdi kepada kebenaran menjawab baginda pemanah perkasa itu, Hamba akan memberikan kepada paduka. Setelah beberapa lama, Vasishtha, dengan diiringi baginda, pergi ke ibu kota kerajaan yang terkenal di seluruh dunia dengan nama Ayodhya. Penduduk dengan gembira ria keluar menyambut orang yang terkenal dan tanpa dosa itu. Seperti penghuni surga keluar menyambut pimpinannya. Baginda, ditemani Rishi Vasishtha, memasuki ibu kota yang megah yang telah ditinggalkannya lama. Penduduk Ayodhya melihat raja mereka ditemani pendeta, baginda tampak seperti matahari yang baru terbit. Baginda yang lebih unggul dari setiap orang dalam ketampanannya dipenuhi kemegahannya. Seluruh kota Ayodhya tampak seperti bulan musim gugur yang auranya memenuhi angkasa. Kota yang sangat baik itu sendiri, jalan-jalannya telah disiram dengan air dan disapu. Jajaran bendera-bendera, panji-panji ikut mempercantik di semua tempat sekelilingnya. Pemandangan itu membuat hati baginda gembira. Kota ini dipenuhi kegembiraan dan jiwa yang sehat, sebagai akibat dari kehadiran baginda. Kota itu seperti Amaravati dengan kehadiran pemimpin makhluk surgawi.

Source : Balipost

0 comments:

Posting Komentar