Kamis, 08 November 2012

Kisah Ambarisa 51 s/d 60

By
51. "Namun Sang Cakra mengejarnya ke manapun ia bergerak baik itu di langit, atau di darat, baik itu di dalam berbagai gua atau di dalam samudera, bahkan resi ini dikejar terus sewaktu ia terbang ke berbagai loka-loka dan planet-planet di alam semesta ini. Kemanapun ia pergi (terbang) ia akan selalu tersusul oleh api Sudharsana Cakra yang tak tertahankan baranya ini."

52. "Dengan penuh rasa ketakutan, Durvasa Muni pergi kesana kemari mencari perlindungan, tetapi sia-sia saja, dan akhirnya ia terbang ke Brahma-Loka dan mengharap ke dewa Brahma. "Wahai Dewataku, wahai dewa Brahma, mohon kami dilindungi dari kobaran api Sudharsana Cakra yang dikirimkan oleh Yang Maha Esa ini."

53/54."Dewa Brahmapun bersabda : "Pada saat dwi-parardha, sewaktu seluruh ciptaan masa lalu selesai siklusnya, maka Dewa Vishnu, dengan sebuah kerlingan bulu-bulu matanya akan melenyapkan seisi alam semesta ini (kiamat,pralaya) termasuk di dalamnya itu brahma-loka tempat kediaman kami ini. Dewa-dewa jajaran kami ini, seperti Dewa Shiwa, juga para Daksa, Berghu dan berbagai orang-orang suci dan penguasa-penguasa berbagai bentuk kehidupan, manusia-manusia, dan para dewa-dewi...... kami semua tunduk menyerahkan diri kami semua ini kepada Dewa Vishnu yang adalah pengejawantahan dari Yang Maha Esa itu sendiri. Sambil menundukkan kepala kami, kami bersujud demi melaksanakan segala perintah-perintahNya demi kepentingan semua bentuk kehidupan di alam semesta ini."

55. "Sewaktu Durwasa yang kepanasan oleh api Sudharsana Cakra ini ditolak oleh Dewa Brahma, ia langsung terbang ke tempat bersemayamnya Dewa Shiwa di Kailasa untuk memohon bantuan."

56. Namun Dewa Shiwa, "bersabda," "Wahai anakku, kami dan Dewa Brahma dan jajaran dewa-dewi lainnya, bergerak melingkar di dalam alam semesta ini di bawah kebesaran kami yang merupakan sebuah konsep (spritual) yang salah, karena kami semua sebenarnya tidak memiliki kesaktian apapun juga untuk melawan Kekuasaan Yang Maha Esa, karena tidak terhitung jumlahnya alam-alam semesta yang telah diciptakanNya dan yang telah dimusnahkanNya dengan sedikit arahanNya saja."

Keterangan : Banyak pemuja beranggapan bahwa Tuhan itu adalah para dewa-dewi seperti Brahma, Vishnu, Shiwa, Laxmi, Durga, Saraswati, Ganeshya dan lain sebagainya tanpa mau menyadari bahwa jajaran para dewa-dewi ini adalah simbol dan medium dari Yang Maha Kuasa. Di Bhagavad-Gita, Sri Krishna dengan jelas dan tegas menjabarkan fenomena-fenomena ini. Sebenarnya hakikat dari Hindhu (Sanatana-dharma) adalah pemujaan kepada Yang Maha Kuasa, pada saat yang sama bagi para pemuja yang masih duniawi sifatnya tersedia medium-medium lain. Manusia cenderung melupakan hakikat akan keberadaannya di bumi ini, dan lupa akan Sang Atman yang hadir di dalam tubuh kita ini. Seharusnya kita sadar bahwa raga adalah sebuah kuil yang suci dan harus selalu kita sucikan agar Sang Atman betah diam di astana ini, bukannya dikotori dengan berbagai kekotoran duniawi termasuk makan-minum yang tidak satvik dan sebagainya.

57/58."Masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang dapat kufahami (demikian sabda dewa Shiwa), dan juga oleh para Sanatkumara, Narada, yang maha terhormat Dewa Brahma, Kapila (putra Dewahuti), Apantaratama (Vyasadewa), Dewala, Yamaraja, Asuri, Marici dan berbagai orang-orang suci yang dipimpinnya, juga oleh mereka-mereka yang telah mendapatkan anugrah keabadian. Namun begitu, karena kami semua terbungkus oleh kekuatan ilusi Yang Maha Kuasa, maka kami semua tidak bisa memahami akan Kebesaran dan Keagungan dari Zat (energi) ini. Anda sebenarnya langsung saja ke Beliau Yang Maha Kuasa agar mendapatkan pembebasan, karena Sudharsana Cakra ini tidak tertahankan bahkan oleh kami. Pergilah langsung ke Dewa Vishnu, Beliau pasti akan melindungi dan mengayomimu."

Keterangan : Sudharsana Cakra jangan diartikan secara harafiah sebagai suatu senjata yang dashyat, tetapi kata cakra itu sendiri bisa berarti secara simbolis, yaitu hukum karma, dan dalam skala besar bisa berarti juga hukum reinkarnasi. Kata Sudharsana berasal dari kata akar Sudhar (sadar, kesadaran).

Hanya dengan menghayati kata-kata ini saja mungkin kita bisa lebih sadar lagi akan hakikat Yang Maha Esa, demikian yang tersirat dari wejangan Dewa Shiwa bagi Durwasa Muni dan bagi kita semua. Kalau saja para dewa-dewi yang teramat agung ini saja masih diliputi oleh materi duniawi apalagi kita manusia yang bodoh ini ? Dewa Vishnu yang dimaksudkan di atas adalah Maha Vishnu (Narayana) yang bersemayam di Vaikuntha-loka.

60. "Selanjutnya kecewa karena ditolak oleh dewa Shiwa, terbanglah Durwasa Muni ke Vaikuntha-loka (Vaikuntha-dharma) dimana bersemayam Yang Maha Esa dalam wujud Maha Vishnu yaitu Narayana, didampingi oleh Laksmi (Laxmi), saktinya yang berwujud Dewi Kemakmuran."

Source : oka.nila@yahoo.com



0 comments:

Posting Komentar