Sabtu, 10 November 2012

Kisah Ambarisa 61 s/d selesai

By

61. "Durwasa Muni, resi yang sakti mandraguna ini, lemas karena terbakar oleh bara api Sudharsana Cakra, jatuhlah ia di kedua telapak kaki Hyang Narayana. Seluruh tubuhnya gemetar, ia mengatakan : "Wahai Dikau Yang Maha Kuasa, Yang Tak terbatas, Pengayom seisi alam semesta ini, hanya Dikau semata yang menjadi tujuan semua pemuja. Daku adalah penyandang dosa yang terbesar, Tuhanku, mohon kami dilindungi olehMu."

Keterangan : Hyang Narayana adalah wujud Yang Maha Kuasa dalam bentuk Maha Vishnu Yang Maha Pengayom dan Pengasih. Sarguna Brahman adalah wujud Tuhan yang nampak dan bermanifestasi, sedangkan Nirguna Brahman adalah Tuhan yang tidak terterangkan dan tidak berwujud. Hyang Narayana adalah bentuk Sarguna Brahman.

62. "Wahai Tuhanku, Yang Maha Pengendali, tanpa kusadari akan keagunganMu yang tak terbatas, daku telah berbuat dosa terhadap pemujaMu yang teramat Dikau kasihi. Dikau adalah Maha Pelaksana, walau seseorang harus masuk ke Neraka, dapat Dikau selamatkan hanya karena orang tersebut mengingat namaMu di dalam hatinya."

Keterangan : Suatu waktu dikisahkan di Srimad Bhagavatham, hidup seorang turunan brahmana yang bergelimangan dosa. Orang tersebut mempunyai seorang putra yang diberi nama Narayana. Tepat pada saat sang brahmana ini meninggal dunia ia memanggil sang putra, tetapi yang datang malahan para utusan Hyang Narayana dan mereka lalu menyelamatkan sang brahmana ini dari tangan para malaikat maut utusan Dewa Yamaraja. Episode yang memikat ini mengingatkan kepada kita semua bahwasanya begitu agung dan sucinya Nama Yang Maha Esa sehingga hanya dengan menyebutNya saja kita bisa diselamatkan dari mara- bahaya, apalagi kalau diresapi hakikatNya yang agung.

63. Hyang Narayana, Yang Maha Esa bersabda kepada resi Durvasa uni : "Daku ini secara keseluruhan berada di bawah kendali para pemuja-pemujaKu. Daku sebenarnya tidak bisa bebas dari pemuja-pemujaKu. Karena semua pemuja-pemujaKu ini telah bebas dari berbagai hasrat-hasrat duniawi mereka, Daku bersemayam di setiap hati para pemuja-pemujaKu. Bagaimana daku harus menggambarkan kebesaran para pemuja-pemujaKu ini, mereka-mereka yang bahkan adalah pemuja dari pemujaKu adalah kesayanganKu juga."

Keterangan : Betapa tersentuhnya hati ini membaca sabda-sabda yang begitu rendah hati yang keluar langsung dari bibir Hyang Narayana itu sendiri. Begitu besar dan agung KasihNya kepada para pemuja-pemujaNya sehingga Beliau mengibaratkan para pemuja sebagai tuan dan Beliau sendiri sebagai hamba dari para pemuja ini.

Dengan kata lain, tanpa para pemuja Tuhan itu tidak "eksis" di dunia ini dan tidak dipuja maupun diajarkan KeberadaanNya kepada umat manusia, seakan-akan Hyang Narayana ingin mengatakan betapa berutang budiNya Beliau kepada para resi, nabi, utusan Tuhan dan para pemuja yang senantiasa memujaNya dan menyebarkan dharma kepada sesama umat manusia. Kalau Hyang Narayana sebagai manifestasi tertinggi saja sudah merendah sedemikian rupa maka seharusnya mereka-mereka yang mengaku brahmana atau utusan Tuhan harus lebih rendah hati lagi dan tidak mempergunakan pengaruh dan status mereka untuk membohongi para pemuja dharma.

64. "Wahai dikau yang terbaik diantara para brahmana, tanpa mereka-mereka yang suci yang telah menjadikan Daku tujuan mereka satu-satunya. Daku tidak berminat untuk menyandang dan menikmati KeEsaanKu dan KeagunganKu Yang Transendental ini."

65. "Karena para pemuja ini meninggalkan rumah-rumah, istri-istri, anak-anak, keluarga, kekayaan dan bahkan kehidupan mereka demi pengabdian kepadaKu, dengan tanpa pamrih dan hasrat-hasrat duniawi ini maupun demi kehidupan-kehidupan mendatang, maka bagaimana mungkin Daku dapat meninggalkan (mengabaikan) para pemuja-pemujaKu. (Setiap saat Daku menjaga dan memperhatikan para pemuja-pemujaKu)."

66. "Ibarat para istri yang setia yang mengendalikan suami mereka dengan bakti para istri ini, demikian juga halnya dengan para pemujaKu yang tulus dan murni, yang berderajat sama dengan semua insan yang secara total tertambat di dalam relung KalbuKu yang terdalam, dan menjadikan Daku berada di bawah kendali mereka secara penuh."

67. "Para pemuja-pemujaKu, yang senantiasa puas dengan berbakti kepadaKu dengan penuh rasa kasih-sayang, tidak akan tertarik akan empat prinsip kebebasan (yaitu : salokya, sarupya, samipya dan sarsti), walaupun (sebenarnya) mereka secara langsung mendapatkan status-status ini akibat dari pemujaan dan bakti mereka. Apalagi terhadap hal-hal yang tidak bersifat abadi dan kebahagiaan semu yang terdapat di berbagai loka-loka (sorga-sorga) tersebut."

Keterangan : Banyak sekali manusia yang memuja Yang Maha Esa dengan mengharapkan mukti atau moksha atau penyatuan denganNya. Faktor ini menunjukkan masih tersirat rasa pamrih di dalam pemujaan tersebut. Tetapi mereka-mereka yang tulus dan murni memuja Yang Maha esa karena kewajiban yang dilandasi oleh kesadaran semata, padahal mereka juga sadar bahwa sorga-sorga tersebut bisa mereka dapatkan melalui pemujaan mereka itu, tetapi mereka tidak acuh sama sekali karena semua loka atau sorga ini tidak abadi sifatnya, penjelmaan sebagai manusia adalah suatu anugrah yang luar biasa yang seharusnya jangan disia-siakan, sorga-sorga dan moksha sebenarnya tidak menjanjikan apapun juga; kecuali sebuah keterikatan baru.

68. "Para pemujaKu yang sejati selalu berada di dalam relung kalbuKu yang paling dalam, dan Daku selalu berada di dalam hati mereka. Para pemuja-pemujaKu tidak mengenal yang lain-lainnya kecuali Aku, dan Aku tidak mengenal yang lain-lainnya selain mereka ini."

Keterangan : Alangkah berbahagianya secara spritual para pemuja yang sejati yang selalu terhubungkan secara mistis dan gaib kepadaNya. Apalagi beliau ini hadir dan menuntun secara langsung para pemuja-pemujaNya ini dari kedalaman hati mereka. Itulah sebabnya para manusia awam tidak bisa memahami perilaku para nabi, utusan Tuhan, dan para pemuja-pemuja sejati dari berbagai agama dan penghayatan, karena pola pemikiran mereka di atas normal dan rasio atau logika duniawi yang serba materialistis ini. Mereka sering dianggap kurang waras, kurang ajar ataupun gila bahkan ibarat fakir-miskin dan sebagainya. Padahal seluruh sastra Smritis dan Srutis turun dari orang-orang atau insan-insan agung semacam ini. Mereka baru diakui setelah mereka sudah tidak eksis di dunia ini, mereka baru disanjung-sanjung dan disucikan setelah tiada.

69. "Wahai Brahmana, Kunasehatkan kepadamu demi kebaikanmu sendiri. Dengarkan kata-kataku ini. Dengan melukai hati Maharaja Ambarisa, dikau telah bertindak secara egois. Oleh sebab itu dikau harus segera menemuinya tanpa membuang-buang waktu sedetikpun. Seseorang masuk ke dalam kawasan bencana begitu ia melawan (menghujat) seorang pemuja (Ku). Demikianlah, subjek itu lalu terimbas oleh bencana bukan yang dituju (objek).

70. "Bagi seorang Brahmana, kesucian berbakti, memuja dan mempelajari ilmu pengetahuan adalah tindakan-tindakan yang menyucikan, tetapi seandainya semua ini didapatkan oleh seseorang yang berperi-laku kasar, maka semua kesucian dan ilmu pengetahuan ini lalu berubah menjadi sangat berbahaya."

Keterangan : Ingat dan perhatikan selalu, bahwa semua ilmu pengetahuan dan yoga, berbagai pelaksanaan spritual dan tapa-brata bisa berubah menjadi kesaktian yang menyesatkan (sidhi) kalau si pemuja tercemar oleh ego, ahankara (angkara), iri hati dan sebagainya. Semua mantra di Veda-Veda dapat berubah menjadi jalan kegelapan (black-magic) kalau disalah-gunakan. Satu contoh : lambang Swastika oleh Nazi dan Hitler dibalik, diwarnai hitam dan dipuja, hasilnya Ganeshya dalam bentuk kebatilan yang muncul (yaitu salah satu istrinya yang berupa wujud iblis, satu lagi istrinya adalah lambang dharma, Swastikanya adalah merah dan mengarah ke arah kanan, Ganeshya sendiri berlambang Swastika merah atau emas dengan dua garis tambahan di sisi kiri dan dua garis tambahan di sisi kanan yang melambangkan bahwa ilmu-pengetahuan itu ada dua jenis yang bersifat dharma dan adharma, Ganeshya memiliki kedua-duanya, anda mau memilih dan memuja yang mana?)

71. "Wahai dikau yang terbaik diantara para Brahmana, dikau harus segera pergi ke Raja Ambarisa, putra Maharaja Naabhaaga. Semoga dikau mendapatkan semua karunia. Seandainya dikau dapat memuaskan hati Maharaja Ambarisa, maka pasti kedamaian akan datang beserta kepadamu."

Dengan ini berakhirlah bab suci yang disebut : "Penghujatan kepada Maharaja Ambarisa oleh Durvasa Muni."

Source : oka.nila@yahoo.com

0 comments:

Posting Komentar