Jumat, 13 November 2015

Bukti Kerajaan Kediri ditemukan

By
Oleh Donny Maulana di Surabaya
Untuk BBC Siaran Indonesia

Temuan ini tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa bermuka empat Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri ditemukan di dusun Tondowongso, Kediri, Jawa Timur. Penemuan ini sekaligus merupakan petunjuk letak Kerajaan Kediri yang berdiri sekitar 1.000 tahun yang lalu.

Meski kondisinya tidak utuh dan rusak karena penggalian dilakukan oleh penduduk setempat, penemuan ini merupakan bukti peninggalan Kerajaan Kediri yang sebelumnya hanya diketahui dari karya-karya sastra saja.

Maksum adalah salah seorang warga setempat yang menemukan sejumlah arca yang diduga sebagai peninggalan dari kerajaan ini.

Belasan patung dewa-dewa agama Hindu itu, secara terpisah berdiri tegak di atas tanah bekas galian.

Penggalian oleh warga

Maksum mengatakan patung-patung itu ditemukan ketika sedang bekerja menggali tanah di lahan perkebunan tebu.

Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.

Penelitian terhadap situs Tondowongso sangat penting karena bisa memberi petunjuk mengenai letak kerajaan Kediri yang hingga kini belum diketahui.

Menurut Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan, Jawa Timur, dewa Syiwa adalah lambang pelebur atau perusak.

Meski sudah terkubur ratusan tahun, kondisi patung-patung itu masih bagus. Secara keseluruhan ditemukan 11 arca di lokasi itu dan diperkirakan masih banyak lagi yang masih tertanam di bawah tanah.

Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan, I Made Kusuma Jaya yakin lokasi temuan tersebut adalah bekas tempat pemujaan umat Hindu pada jaman Kerajaan Kediri di abad ke-11 Masehi.

I Made Kusuma Jaya memperkirakan luas situs Tondowongso sekitar satu hektar dan dapat menampung ratusan umat pada jamannya.

Warga dilarang mendekati arca-arca penting ini

Namun dia menyayangkan penggalian yang dilakukan warga setempat di lahan perkebunan tebu itu menyebabkan kerusakan pada konstruksi bangunan candi.

Di situs Tondowongso ini, sudah tidak ada lagi penggalian arca secara liar oleh warga setempat.

Tulisan "Dilarang melakukan penggalian di sekitar arca" sudah dipasang, namun setiap harinya puluhan orang masih datang untuk melihat arca-arca tersebut.

Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan Jawa Timur memasang peringatan itu agar lokasi terlindung dari penggalian liar maupun pengunjung.

I Made Kusuma Jaya mengatakan pihaknya akan melakukan penggalian lanjutan.

Sejarah Kediri dilupakan

Salah seorang peneliti di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan, Haryono mengatakan "Penelitian terhadap situs Tondowongso sangat penting karena bisa memberi petunjuk mengenai letak kerajaan Kediri yang hingga kini belum diketahui".

Kerajan Kediri dikenal sebagai era yang banyak meninggalkan karya sastra

Kepala balai tersebut, I Made Kusuma Jaya menjelaskan bahwa kerajaan Kediri berdiri 1.000 tahun lalu saat kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Kediri Jawa timur.

Masa kejayaan Kerajaan Kediri kemudian surut setelah dikuasai oleh Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit.

Bagi warga Kediri sendiri, masa kejayaan Kerajaan Kediri hanya merupakan mitos yang diceritakan secara turun temurun atau bacaan selintas dalam buku sejarah.

Namun, seiring dengan perjalanan waktu pengetahuan mereka pun semakin berkurang.

Selama ini Kerajan Kediri dikenal sebagai suatu era yang banyak meninggalkan karya sastra, seperti cerita tentang Arjuna Wiwaha, Mahabarata, Krisnayana dan bentuk tulisan Jawa Kuno atau Kadiri Kwadran.

Namun, peninggalan situs arca di Tondowongso bisa membuktikan bahwa kejayaan Kerajaan itu tidak hanya memiliki keahlian di bidang kesusastraan, tetapi juga memiliki kemampuan seni pahat yang tinggi.

Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan Jawa Timur berencana melakukan pemugaran situs Tondowongso agar bisa diteliti secara mendalam sehingga pengetahuan sejarah keberadaan Kerajaan Kediri semakin lengkap.

Source : BBC Indonesia



0 comments:

Posting Komentar